Pengertian Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf

A. Pengertian Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf

Ilmu kalam biasa di sebut dengan beberapa nama, Antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al-Akbar, dan Teologi islam[1] . Disebut ilmu ushuluddin karena  ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin); disebut ilmu tauhid karena  ilmu ini membahas keesaan  Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan ja’iz, sifat yang wajib, mustahil ,dan ja’iz, bagi Rasul-Nya.[2]  Ilmu Tauhid sendiri  sebenarnya membahas keesaan Allah Swt, dan hal-hal yang berkaitan dengannya, Ilmu kalam  sama dengan ilmu tauhid, tetapi  argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.

Menurut William L. Resee filsafat  berasal dari kata Yunani Philo dan Sophia, Philos artinya mencintai (terhadap) dan Sophia artinya (kebijaksanaan). Filsafat diartiakn juga dengan sahabat pengetahuan. Selanjutnya  ia mengatakan  bahwa pengertian filsafat pada mulanya digunakan  oleh Phytagoras yang mengartikan bahwa manusia  dapat dikategorikan  dalam tiga tipe. 1) manusia yang mencintai kesenangan (those who loved pleasure), 2) manusia yang mencintai pekerjaan ( those who loved activity), dan  3) manusia yang mencintai kebijaksanaan ( those who loved wisdom). Maksud wisdom di sini adalah  The concerned  progress toward salvation in religious terms ( suatu upaya serius dalam mewujudkan perdamaian sebagaiman dikatakan dalam istilah-istilah agama). Adapun Socrates mengatakan bahwa peranan filsafat  adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (The gaining of conceptual clarity).

Sedangkan arti kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat kilat kaca, sebagian ulama mengatakan dari kata “shuff”, artinya bulu domba sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi yang mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping mesjid nabi. Dan menurut  Ibnu khaldum ia  mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul kemudian didalam agama, asalnya adalah bertekun ibadah dan memutuskan hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang banyak, kelezatan harta benda,dan kemegahan dan menyendiri  menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.[3]

B. Titik Persamaan

Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu             kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan dengannya,  objek kajian  filsafat  adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.[4]

Argumentasi  filsafat, ilmu kalam di bangun di atas dasar logika. Oleh karena itu , hasil kajiannya bersipat spekulatif ( dugaan yang tak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental).[5] Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang di hasilkan.

Baik ilmu kalam, sebagaimana filsafat, maupun tasawuf  berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari  kebenaran tentang tuhan  dan yang berkaitan dengannya. Filsafat  dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran , baik tentang alam maupun manusia ( yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan  karena berada di luar atau   di atas jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf  juga dengan metodenya  yang tifikal berusaha menghampiri kebenaran  yang berkaitan dengan perjalanan menuju tuhan.[6]

C. Titik Perbedaan

Perbedaan  diantara  ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan  logika, disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tanpak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika  (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memproleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan  (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannnya sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang  teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual clarity).

Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf  bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseoarang.  itulah sebabnya, bahasa tasawuf  sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan bermacam-macam).

Sebagian orang memandang  bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam,  kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran). [7]

Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya yaitu:

Ilmu kalam       

1. Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi naqliyah).

2. Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.

3. Berisi keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.

4. Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk megenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional.

5. Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/ dialog keagamaan

6. Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.

Filsafat

Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.

1. Menggunakan metode rasional.

2. Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.

3. Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung.

4.  Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri.

5.    Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran korespondensi, koherensi, dan fragmatik.

Tasawuf

1. Lebih menekankan rasa daripada rasio.

2. Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.

3. Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.

4. Berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.

5. Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teoritis.

D. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam

Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf  berfungsi sebagai pemberi wawasan spritual dalam pemahaman kalam.Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan widan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian,ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam.  

Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf.Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh dengan roh dan jiwa. Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh para ulama salaf, hal itu harus ditolak.[8]

Dr. Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau filsafat sama dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut: Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah SWT. dan sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syariat-Nya. Objek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. sebagaimana aliran materialisme. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebaan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang [9]mengandung muatan nasional, di samping muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran rohaniah, ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliah (hati).

E. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Filsafat

            Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf.Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun,perlu juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh terhadap roh dan jiwa.

F. Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat

Ketiganya berusaha menemukan apa yangdisebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah melalui mata hati. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur’an & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud).Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib) yang dianggap sebagai ‘kebenaran terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya.

G. Titik Singgung Antara Ilmu Kalam Dan Ilmu Tasawuf

Ilmu kalam, sebagai mana telah disebutkan, merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan  pembicaraan tentang persoalan-persoalan tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar  argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah  biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil  qur’an dan hadis. Ilmu kalam  ini hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh ummat islam , tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesipik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id.

Pembicaraan materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Sebagai contoh, ilmu tauhid menerangkan bahwa  Allah bersifat Sama’ (mendengar), Bashar (melihat), Kalam (berbicara), Iradah (berkemauan), Qudrah (kuasa), Hayat ( hidup), dan sebagainya. Namun, ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsunng bahwa Allah mendengar dan melihatnya.

Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan manifestasinya, sertya kemunafikan dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf  ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta berupaya menyelamatkan diri  dari kemunafikan. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati  (dzauq dan widjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam prilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu tauhid.

Titik singgung antara ilmu kalam dan ilmu tasawuf adalah sebagai berikut:

Ilmu Kalam

                  Dalam ilmu kalam di temukan pembahasan iman yang definisinya, kekufuran dan menifestasinya serta kemunafikan dan batasannya.Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Ilmu kalam dapat memberikan kontribusi kepada ilmu tasawuf.

Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf merupakan penyempurnaan ilmu tauhid (ilmu kalam).  Ilmu tasawuf berfungsi sebagai wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan–perdebatan kalam.  Amalan-amalan tasawuf mempunyai pengaruh yang besar dalam ketauhidan.Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid (ilmu kalam) terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.[10]

A. Kesimpulan

Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan,  kemudian filsafat adalah berasal dari kata philo yang berarti cinta dengan demikian filsafat adalah mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Sementara tasawuf adalah suci, atau keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.

Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia,  dan segala sesuatu yang ada. Objek  kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut  terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika (jadaliyah) di kenal juga dengan dialog keagamaan.  sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio metode yang digunakan menurut sebagian pakar adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang dating dari tuhan.

Ilmu kalam, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, merupakan disiplin ilmu yang mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada erbincangan yang  mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf  juga mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah adalam perdebatan-perdebatan kalam.

B. Kritik dan Saran

Kami menyadari didalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, Hal ini karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu kami sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang berguna bisa menjadikan perbaikan makalah mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh  Al- Falsafah Al- Islamiyah (kairo: Pustaka Salman, 1959)

Hossein Nasr Seyyed, History Of Islamic Philosophy (New York: Routledge, 1966)

Abduh Muhammad, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang,1965)

Toriquddin Moh, Skularitas Tasawuf Dalam Dunia  Modren ( Uin Malang Press: 2008)

Saifuddin Anshari Endang, Ilmu filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990)

 
Design by http://abasawatawalla01.blogspot.com/ | Bloggerized by Abasawatawalla